Sunday, December 27, 2009

Tsunami dan Perempuan Aceh di mata Helvy Tiana Rosa Kami ke Aceh Modal Nekat

Posted by Isbahannur  |  at  4:31 AM

Oleh Thayeb Loh Angen
“Kartini hanya lumayan, sementara perempuan Aceh memang hebat, cuma Kartini lebih tenar karena menulis buku. Tapi kita perlu lihat bahwa di masa Sultanah Safiatuddin memerintah, amat banyak karya yang dilahirkan atas peritah beliau, jadi di segi karya tulis pun perempuan Aceh lebih menonjol,” kata Helvy Tiana Rosa, seorang dari 500 tokoh Islam yang paling berpengaruh di dunia saat ini hasil riset Royal Islamic Strategic Studies Centre Yordania dan Georgetown University yang buku hasil riset tersebut diterbitkan pada November 2009.

"Baru ini, adik-adik pemain teater makan enak, jangan Thayeb pikir begini terus makanan kami sejak tiba di Aceh. Sejak di Aceh, kami makan cari yang sebungkus Rp. 7000. Yah, modal nekat saja ke Aceh. Utungnya tiket pesawat ditanggung BPD Aceh, penginapan dan transport, juga sewa gedung dan lampu di Banda Aceh ditanggung pemkonya, " kata Helvy Tiana Rosa, penulis naskah dan pemain drama atau Teater TANAH PEREMPUAN di Banda Aceh, Jumat malam 25 Desember 2009 di sela makan malam yang dijamu Pemko Banda Aceh.

“Anggota teater ini baru pertama ke Aceh, dan sebagian besar mereka baru pertama naik pesawat,” kata Helvy dengan santai di antara elusan angin laut malam itu di restoran terapung.

Setelah makan malam, rombongan yang mengenderai bus sekolah menuju pelabuhan Ule Lheue, PLTD Terapung, lalu menuju rumah sakit Meuraxa, karena ada anggota teater yang baru datang harus rawat di Instalansi Gawad Darurat (IGD). Peserta perempuan tersebut mulai kurang enak badan sejak dalam pesawat.

Di kantin Rumah Sakit Meuraxa, Helvy menyanyikan sebuah lagu dalam drama Tanah Perempuan, yang dinilai oleh beberapa pengamat di Aceh adalah lagu untuk Aceh yang selama ini dicari-cari.

Ini bait lagu tersebut:
Hai inong Aceh dipat droe neuh
peu droe neuh ngop lam ie mata?
Ingat geutanyoe nyoe inong Aceh
inong nyang beuhe ngon geumaseh
hantom menyerah
geutanyoelah inong nyang geumaseh
ibu pertiwi sipanyang masa
kheun lom nan awak nyan:
Keumalahayati, Safiatuddin, Cut Nyak Dhien, GATA!
Nyoe mandum inong nyang beuhe
nyang hana habeh dipeulahe
di bumoe nyoe....
Hai inong Aceh, dipat droe neuh?

“Satu hal yang ingin kukatakan, selama ini kupikir Helvy Tiana Rosa adalah penulis, ternyata pemain teater handal, dan yang paling mengejutkanku bahwa Kak Helvy ternyata seorang penyanyi bersuara merdu,” kataku, di samping D Kemalawati yang terlihat lelah karena seharian mengantar rombongan teater.

Helvy Tiana Rosa, seorang dari 500 tokoh Islam yang paling berpengaruh di dunia saat ini hasil riset Royal Islamic Strategic Studies Centre Yordania dan Georgetown University yang buku hasil riset tersebut diterbitkan pada November 2009.

“Penghargaan itu lucu bagi saya, karena dari Indonesia terpilih 15 orang dan hanya empat perempuan di antara lima belas itu,” kata Helvy, yang juga pendiri Forum Lingkar Pena (FLP), seniornya Habiburrahman El-Shirazi, penulis novel Ayat-Ayat Cinta yang telah difilmkan.

Tentang kehebatan perempuan Aceh di masa silam, Helvy berkesimpulan bahwa perempuan Aceh, seperti Sri Ratu Safiatuddin, Po Cut Nyak Keumalahayati adalah orang-orang hebat, sementara Kartini hanya lumayan.

“Kartini hanya lumayan, sementara perempuan Aceh memang hebat, Cuma mungkin Kartini lebih tenar karena menulis buku. Tapi kita perlu lihat bahwa di masa Sri Ratu Safiatuddin memerintah, amat banyak karya yang dilahirkan atas perintah beliau,” kata Helvy Tiana Rosa.

Kehebatan perempuan Aceh telah dikemukakan Helvy dalam teater karyanya yang berjudul “Tanah Perempuan” yang dipentaskan di Auditorium RRI Banda Aceh: 26-27 Desember 2009 dalam rangka memperingati 5 Tahun Tsunami, Hari HAM Internasional dan Hari Ibu. Pada Sabtu, 26 Desember 2009 dipentaskan pukul 20.00-selesai, dan pada Minggu 27 Desember dipentaskan pukul 13. 30 WIB sampai selesai, dengan tiket Rp. 25.000 dan 20.000.

“Mungkin orang bertanya, bukankah sudah disponsori oleh BPD Aceh, pemko Banda Aceh, kenapa diambil tiket lagi?” kata Helvy yang mengaku untuk memberi makan 30 anggota teater yang sekaligus para mahasiswanya yang tampil di Banda Aceh dengan cara menjual buku-buku. Dan hasil penjualan tiket, kata Helvy untuk uang jajan dan oleh-oleh para pemain, karena mereka memang tidak punya dana untuk tampil di Aceh.

Drama yang dimainkan 30 orang (seharusnya 80 tapi tak ada dana ke Aceh) turut diperankan oleh Wakil Walikota Banda Aceh Illiza Sa’aduddin Djamal, penyair D. Kemalawati, dan Helvy Tiana Rosa sendiri yang menggantikan Habiburrahman.

Terkait Illiza ikut berakting, Helvi mengatakan bahwa lakon wakil walikota Banda Aceh tersebut memang bagus. “Akting Illiza memang bagus, jadi kita ikutkan dia bukan agar difasilitasi pementasan di Banda Aceh, namun ia memang bisa berdrama di panggung yang sebenarnya.

Sementara manager Helvy di Banda Aceh, D Keumalawati yang juga pengurus Lapena mengatakan bahwa Tanah Perempuan telah dipentaskan di pentas terbaik di Indonesia, yakni di Dewan Kesenian Jakarta, di sanalah D Keumalawati dan Illiza pertama mencoba berakting dalam drama Tanah Perempuan.

Drama Tanah Perempuan ditulis Helvy Tiana Rosa selama satu bulan, dua minggu setelah tsunami, saat Banda Aceh masih berselemak reruntuhan dan mayat.

“300 keluarga saya ikut disapu gelombang murka pagi itu. Ayah saya orang Aceh, dan pada hari tsunami, keluarga kami mengadakan pesta perkawinan kerabat,” kenang Helvy.

Naskah drama tersebut diberikan Helvy kepada beberapa penerbit tapi tidak ada yang bersedia menerbitkannya, namun dalam sebuah festifal nasional, naskah TAnah Perempuan terpilih sebagai salah satu di antara sepuluh besar di antara 300 naskah lain. Kemudian pada 2007 Lapena menerbitkannya, dan pada 2009 buku drama Tanah Perempuan diterbitkan cetakan kedua.

Helvy Tiana Rosa yang banyak kehilangan keluarga dan sempat menyaksikan puing-puing pantai setelah tsunami berkeyakinan bahwa maha petaka laut itu berfaedah bagi Aceh.
“Tsunami telah menyatukan banyak hati yang terluka di Aceh. Itulah hikmahnya,” tutur Helvy.

Sementara pengurus Lapena yang pengelola pementasan Tanah Perempuan, Helmi Hass, mengaku pementasan drama karya Helvy hanya dipersiapkan 5 hari untuk tampil di Aceh sehingga rentang waktu untuk promosi amat kurang, padahal drama tersebut dilatih selama tujuh bulan.

Helvy Tiana Rosa mengatakan, untuk mengatasi kekuarangan 50 orang saat pementasan di Banda Aceh, ia dibantu Edi Sutarto dati Teater Koma untuk melatih orang-orang sebagai pemeran pendukung, sehingga hasil panggungnya sama dengan yang ditampilkan saat berpersonil lengkap seperti di Jakarta.

Helvy mengatakan, Tanah Perempuan menceritakan peristiwa tsunami yang tokoh utamanya Safia Cut Kemala. Nama tersebut adalah gabungan dari nama depan tiga tokoh perempuan Aceh, yakni, Safia (nama depan Sri Ratu Safiatuddin), Cut (nama depan Cut Meurah), Keumala (nama depan Laksemana Keumalahayati). Tokoh Safia Cut Keumala sempat bertemu dengan ketiga perempuan hebat yang jadi figur idolanya, yang nama ia sendiri penggalan nama mereka.HA|27|DES|2009

Tags:
Isbahannur

Jurnalis acehbaru.com yang tergabung dalam Aliansi Jurnalis Independen (AJI) dan Organ Sipil Lain di Aceh

Get Updates

Subscribe to our e-mail newsletter to receive updates.

Share This Post

Related posts

comments
© 2013 Brigent. WP Theme-junkie converted by Bloggertheme9
Blogger templates. Proudly Powered by Blogger.
back to top