Lhokseumawe - Ratusan buruh outsourcing Zaratex NV di Blok Sawang-Matang Lada, Nangroe Aceh Darussalam kelaparan akibat makanan yang disediakan perusahaan migas tersebut basi.
Isbahannur Husen, ketua Presidium Forum Komunikasi Mahasiswa Aceh mengatakan menyesalkan sikap perusahaan tersebut yang memberikan makanan yang tak layak konsumsi kepada buruh.
"Alat komunikasi pekerja di bagian recording line 14 survey seismic migas tak hentinya bersuara menyebutkan nasi yang mereka dapatkan sudah basi," kata Isbahannur dalam rilisnya kepada batamtoday, Rabu (30/5/2012).
Dia menyebutkan letak geografis daerah itu yang berbukit-bukit dan terjal tidak bisa dilalui oleh kendaraan darat, membuat buruh Zaratex NV harus menempuh jarak pulang pergi sejauh 8 kilometer dari Alue Seumirah sampai Alue Jeungkah tanpa makanan.
“Hari ini kami diberi makanan basi, kemarin kami diberi makanan dengan ikan tongkol busuk hingga mulut kami gatal-gatal, kami diperlakukan seperti budak” ungkap buruh bagian recording (fase survey seismic 2D) Zaratex NV, Selasa (29/5/2012) seperti diungkapkan Isbahannur.
Buruh yang tidak ingin namanya disebutkan ini juga mengaku sulit mendapatkan pelayanan kesehatan.
"Ketika ada yang sakit kami sulit mendapatkan obat setelah makan ikan gatal, nyan ban kamoe dipeulaku (begitu perlakuan mereka-red.), belum lagi gaji kami Rp30 ribu per hari,” kata buruh tersebut.
Kondisi itu membuat mereka akhirnya memilih untuk pulang karena lapar. Sesampainya di Gampong Meunasah Alue, Kecamatan Nisam, Aceh Utara pekerja outsourcing itu makan mie yang direndam dengan air panas.
“Mereka baru makan jam 14.00 WIB di warung kopi saya, tapi mereka makan mie rebus dengan air panas beli dengan uang sendiri,” kata Bustami pemilik kedai kopi di Nisam.
Sementara itu, M Hilmin Juanda selaku Humas Zaratex NV yang dihubungi untuk mendapatkan tidak berhasil dikonfirmasi terkait peristiwa makanan basi bagi para buruh tersebut. | Batamtoday.com |